POLA PEMBERDAYAAN PENDIDIKAN DAYAH

Oleh: Saifullah
Dayah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang tertua dan memunyai peranan yang sangat penting dalam masyarakat mempunyai tujuan yang snagat mulia. Mastuhu (1994:55) menegaskan bahwa tujuan pendidikan Dayah/pesantren adalah “menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat atau berkhidmat kepada masyarakat dengan jalan menjadi kawula atau abdi masyarakat, mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama atau menegakkan Islam dan kejayaan umat Islam di tengah-tengah masyarakat, dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian manusia muhsin.
Para pemimpin Dayah memandang bahwa kunci keberhasilan dalam hidup bersama adalah moral agama, yang dalam hal ini adalah perilaku keagamaan yang memandang semua kegiatan kehidupan sehari-hari sebagai ibadah kepada Allah. Jika kita amati dengan dekat, maka jelasa prilaku santri di Dayah menunjukkan bahwa pendidikan di Dayah adalah di pusatkan pada pendalaman dan penghayatan agama, lengkap dengan pengamalannya dalam perilaku keseharian.
Sedangkan dilihat dari segi fungsinya, maka Dayah ternyata tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga mempunyai tiga fungsi pokok, yaitu: pertama, sebagai transmisi ilmu pengetahuan Islam; kedua, pemeliharaan tradisi Islam; dan ketiga adalah pembinaan calon-calon ulama.

Tipologi Pendidikan Dayah

Dayah sebagai lembaga pendidikan Islam mengalami perkembangan bentuk sesuai dengan perubahan zaman, terutama sekali adanya dampak kemauan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan bentuk Dayah bukan berarti telah kehilangan jati dirinya. Hal ini Dayah tetap merupakan lembaga pendidikan Islam original yang tumbu dan berkembang dari masyarakat oleh masyarakat untuk masyarakat. Secara faktual ada beberapa tipe pendidikan dayah yang berkembang dalam masyarakat, yaitu :

1.      Dayah Salafiyah
Dayah Salafiyah yaitu Dayah yang masih tetap mempertahankan jati dirinya atau kekhususan bentuk aslinya dengan semata-mata mengajarkan kitab-kitab yang ditulis oleh ulama abad ke XV dengan menggunakan bahasa Arab. Pola pengajarannya dengan menerapkan sistem halaqah yang dilaksanakan di mesjid atau balee. Kurikulumnya biasanya tergantung sepenuhnya kepada Tgk pengasuh Dayah. Murid Dayah ada yang mukim (murid mukim) dan ada yang tidak menetap atau non mukim. Dayah ini juga disebut Dayah non m,adrasi, atau Dayah yang tidak menerapkan system Madrasah yang kurikulumnya ditetapkan oleh Departemen Agama. Sifat Dayah ini konvensional dan konservatif, masih mempertahankan status quo dan berpegang teguh pada nilai-nilai lama (perennial)

2.      Dayah Khalafiyah
Dayah Khalafiyah ialah Dayah yang dapat dikatakan pengambangan dari Dayah Salafiyah, karena orientasi belajarnya cendrung mengadopsi seluruh sistem belajar secara klasik, dengan memadukan dengan system belajar di Madrasah yang serba modern dan mengikurti secara penuh kurikulum Madrasah yang ditetapkan oleh Departemen Agama. Penerapan system belajar modern ini terutama nampak pada penggunaan kelas-kelas belajar, sebagaimana halnya di Madrasah dan Sekolah. Murid Dayah ada yang menetap, ada yang tersebar di sekitar desa itu. Kedudukan para Tgk Dayah sebagai koordinator pelaksana dan pengajar langsung proses pembelajaran di kelas. Dayah ini juga disebut Dayah Modern atau Dayah Terpadu.

Tantangan yang dihadapi dalam pendidikan Dayah

Baik dalam skala makro maupun mikro tantangan yang dihadapi oleh lembaga pendidikan, termasuk Dayah, semakin hari semakin besar, kompleks, dan mendesak sebagai akibat dari semakin gencarnya kebutuhan pembangunan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, terjadilah pergeseran-pergeseran dan gesekan-gesekan nilai di Dayah, baik nilai yang berupa sumber belajar maupun nilai yang menyangkut dengan pengelolaan pendidikan.
Dari realitas tersebut, maka ada beberapa pergeseran, menurut hemat kami, yang dapat mempengaruhi dan menuntut Dayah untuk mencari format baru pengembangan dan pembinaanya. Beberapa indicator adanya pergeseran tersebut diantaranya adalah:
1.  Sumber belajar bergeser tidak hanya dari ustaz, tetapi juga lebih beragam dari ustaz kepada sumber-sumber belajar baru. Meskipun demikian kedudukan Tgk Dayah dan para uztaz masih tetap merupakan tokoh kunci dan menentukan corak Dayah. Oleh karena itu para Tgk. Dayah merestui muridnya untuk belajar apa saja, asalkan tetap pada aqidah-syari’ah agama. Dan berpegang pada moral agama dalam hidup sehari-hari,
2.  Dewasa ini di sebagian besar Dayah menyelenggarakan pendidikan formal, yaitu Madrasah. Pendidikan Madrasah dengan menganut pola-pola modern dalam sistem pembelajarannya mempengaruhi cara dan corak berfikir di lingkungan Dayah ke arah yang lebih moderat dan menerima cara-cara baru sistem pembelajaran, dengan pperangkat keras yang lebih modern dan perangkat lunak, terutama kurikulum yang baku dan penuh dengan muatan ilmu-ilmu kauniyah dan ketrampilan di samping ilmu-ilmu keislaman.
3.  Seiring dengan pergeseran di atas, murid Dayah membutuhkan ijazah dan penguasaan bidang keahlian atau ketrampilan yang jelas, yang dapat mengantarkannya untuk menguasai lapangan kehidupan tertentu
4.  Sehubungan dengan hal tersebut, maka di kalangan murid Dayah terdapat kecendrungan yang semakin kuat untuk mempelajari sain dan teknologoi pada lembaga-lembaga pendidikan formal untuk memperoleh keahlian dan ketrampilan hidup.