WEBINAR INTERNASIONAL TENTANG PENTINGNYA PERAN INDONESIAN INTERNATIONAL SCHOOL YANGON

 

WEBINAR INTERNASIONAL Di selenggarakan oleh Kedutaan Besar Indonesia di Myanmar membicara tentang: Indonesian International School Yangon sebagai Institusi Pengemban Misi Diplomasi Pendidikan, Bahasa dan Budaya Bangsa Indonesia di Myanmar.

Pada Acara ini diundang beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia, yaitu: Universitas Brawijaya Malang; Universitas Negeri Padang; Universitas Andalas Padang; Universitas Syiah Kuala Banda Aceh; Universitas Malikussaleh Lhokseumawe Aceh; Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh dan Universitas Al-Muslim Bireun Aceh. Pada kesempatan tersebut semua yang diundang oleh Kedutaan Indonesia di Myanmar ini adalah untuk membicara keberlangsungan Sekolah Indonesia di Myanmar.

Ada beberapa agenda yang di bicarakan di antaranya adalah tentang keberlangsungan Indonesian Internasional School  sebagai alat diploma yang sangat penting diantara kedua Negara. Dengan demikian, keterlibatan semua pihak dan khususnya pihak Universitas adalah sangat diperlukan dan dibutuhkan.

SEMINAR INTERNASIONAL PEMBELAJARAN EFEKTIF DI MASA PANDEMI COVID-19: Reflective Attitude Perspective (Inovasi Teknologi, Riset dan Pendidikan)


COVID-19: Latar Belakang

Covid-19 adalah penyakit pernapasan akut yang disebabkan oleh Coronavirus Sars-Cov-2. Baru-baru ini dinyatakan sebagai penyakit pandemiPada 11 Maret 2020 WHO menyatakan wabah COVID-19 sebagai pandemi, dan kita harus meningkatkan tindakan pencegahan untuk mengendalikan dan memperlambat penularan penyakit sebanyak mungkin. Hasil penelitian, lebih dari 107.600 kasus yang dilaporkan di delapan puluh negara dan 3.650 kematian. Lebih dari 60.600 orang telah mengalami virus dan telah pulih (untuk informasi terbaru, Universitas John Hopkins memiliki peta interaktif dan perincian terkini), dan sekarang lebih banyak lagi. Salah satu langkah penting adalah penutupan semua sekolah, universitas dan lembaga pelatihan dan pendidikan lainnya dan beralih ke pendidikan online. Banyak negara di seluruh dunia telah menutup institusi pendidikan untuk mengurangi penyebaran pandemi ini. Oleh karena itu, Pendidikan menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Covid-19 dan pendidikan

Dalam beberapa bulan, belajar dalam bayang-bayang COVID-19, penutupan sekolah berdampak pada lebih dari 1,4 miliar pelajar (UNESCO, 2020). Banyak sekolah dengan sumber daya untuk melakukan hal tersebut telah berporos pada strategi pengajaran jarak jauh darurat (Hodges, Moore, Lockee, Trust, & Bond, 2020) di samping melanjutkan kursus online “tradisional”. Praktis dalam semalam, tampaknya para pendidik di mana-mana berjuang untuk melanjutkan apa yang mereka ajarkan dan bagaimana mereka mengajar secara konsisten, memanfaatkan teknologi jaringan sebagai sumber utama pendidikan. Maka, pembelajaran online adalah cara untuk membatasi penyebaran virus yang menular seperti COVID-19. UNESCO mengatakan bahwa 291 juta anak di seluruh dunia telah terganggu oleh penyebaran COVID-19, dengan penutupan sekolah dasar dan menengah di 13 negara secara nasional dan penutupan sebagian di sembilan negara lainnya. Pembelajaran online adalah respon yang berkembang terhadap penutupan ini. Perguruan tinggi dan universitas yang melihat situasi yang sedang berkembang juga mengeksplorasi pembelajaran online sebagai satu tanggapan, beberapa institusi baru untuk pertama kalinya. Tantangan untuk program pembelajaran dari semua tingkatan (primer hingga tersier) sekarang adalah memungkinkan individu untuk berkembang di dunia yang membutuhkan lebih banyak bakat yang imajinatif, kreatif, inovatif, dan lintas budaya, bukan pekerja generik yang dapat mengisi kursi di kantor atau pabrik . Jalur untuk memenuhi persyaratan ini adalah melalui pengembangan lingkungan sekolah dan pengaturan pembelajaran profesional yang mendorong pembelajaran yang tidak terlihat. Kita terlalu sering berasumsi bahwa motivasi untuk belajar harus ekstrinsik. Artinya, kami telah tumbuh untuk percaya bahwa peserta didik tidak akan belajar apa pun kecuali mereka mengatakan apa yang harus dipelajariSebagian besar pemerintah dunia, yang peduli  terhadap ekonomi mereka dari kekacauan yang disebabkan oleh pandemi COVID-19, melakukan beberapa hal. Lembaga pendidikan, dan pendidik, sebuah paket diluncurkan untuk dicerna dalam dosis bombastis, baik oleh pendidik tanpa pengalaman dengan teknologi digital sebelumnya dan oleh pendidik yang sudah mengadopsi teknologi digital dalam praktik pendidikan mereka hanya dengan satu  tujuan, yaitu  "menyelamatkan" program pendidikanBanyak yang telah berubah sejak saat itu, dan, terutama selama pandemi kesehatan global, kita memerlukan teori operasi untuk pembelajaran yang tidak terlihat lebih dari sebelumnya.  Akibat Pandemi Covid-19, maka banyak yang terjadi dalam dunia pendidikan, yaitu:

  1. Perubahan Luar Biasa
  2. Muncul Polemik
  3. Tantangan Berat

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nadiem Anwar Makarim telah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk mengatur kegiatan pembelaran selama masa pandemi ini. Hal tersebut dikeluarkan melalui Surat edaran Nomor 4 Tahun 2020, yaitu tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19), tertanggal 24 Maret 2020. Tepatnya ada 6 (enam) kebijakan yang dipaparkan dengan jelas. Namun, yang paling mendasar ialah merubah cara belajar mengajar siswa dan guru adalah kebijakan belajar dari rumah. Kebijakan belajar dari rumah ini sangat merubah kebiasaan, ataupun prilaku guru dan siswa selama ini.

Pembelajaran Yang EFEKTIF (Baik)

  1. Meningkatkan kualitas berpikir (qualities of mind) yaitu berpikir dengan efisien, konstruktif, mampu melakukan judmen (judgment) dan kearifan (wisdom).
  2. Meningkatkan attitude of mind, yaitu menekankan pada keingintahuan (curiosity), aspirasi-aspirasi dan penemuan-penemuan.
  3. Meningkatkan kualitas personal (qualities of person) yaitu karakter (character), sensitivitas (sensitivity), integritas (integrity), tanggungjawab (responsibility).
  4. Meningkatkan kemampuan untuk menerapkan konsep-konsep dan pengetahuan-pengetahuan pada situasi spesifik

PENELITIAN YANG BAIK

Ciri-ciri:

1. Bersifat kritis dan analitis

2. Memuat konsep dan teori

3. Menggunakan istilah dengan tepat dan definisi yang uniform.

4. Rasional

5. Obyektif

Ciri-Ciri lain:

1. Tujuan dan masalah penelitian harus digambarkan secara jelas sehingga tidak menimbulkan keraguan kepada pembaca.

2. Teknik dan prosedur dalam penelitian itu harus dijalaskan secara rinci.

3. Obyektifitas penelitian harus tetap dijaga dengan menunjukkan bukti-bukti mengenai sample yang diambil.

4. Kekurangan-kekurangan selama pelaksanaan penelitian harus diinformasikan secara jujur dan menjelaskan dampak dari kekurangan tersebut.

5. Validitas dan kehandalan data harus diperiksa dengan cermat.

6. Kesimpulan yang diambil harus didasarkan pada hal-hal yang terkait dengan data penelitian.

7. Obyek atau fenomena yang diamati harus betul-betul sesuai dengan kemampuan, pengalaman, dan motivasi yang kuat dari si peneliti.

8. Coherency, saling kait mengkait antara bagian yang satu dengan bagian yang lain, antara paragraf satu dengan yang lain, antara bab yang satu dengan bab yang lain.

Study literature: Berbagai pembelajaran efektif  dalam menghadapi covid-19 (online)

Alia Ahmed dkk

  1. Menggunakan online apps yang konek dengan peserta didik secara visual
  2. Memodifikasi kuliah secara lebih efektif
  3. Mengadopsi gagasan tentang gamification dan  memasukkan lebih banyak aktivitas online
  4. Mencoba konsep  “flipped Classroom”dan mendorong peserta didik untuk memimpin diskusi tentang topik tertentu.
  5. Mengimplementasikan konsep  ‘self –learning’ dan mengpromosinya melalui kelas online

Aziz Naciri dkk: mobile learning sebagai alternatif:

  1. Metode pembelajaran dapat terjadi dimana-mana dan kapan saja dan tidak terbatas tempatnya.
  2. Pendidik dapat memodivikasi pembelajarannya secara bebas
  3. Peserta didik dapat  belajar secara mandiri

Dapat mengembangkan ketrampilan teknologi, ketrampilan berkomunikasi, mengembangkan rasa kolaborasi, sharing ilmu dll

Joh W. Moravec:

  1. Belajar secara virtual
  2. Mendorong siswa untuk belajar diluar ruang kelas, merubah lingkungan belajar digital, dari top-down (pendidik ke peserta didik) ke learner-ourward (peserta didik ke luar)
  3. Memfasilitasi kontak  antar fakultas/lembaga dengan memanfaatkan teknologi seperti  vidio konferen dan percakapan online
  4. Mengahdirkan produksi pengetahuan lintas budaya sehingga menghasilkan  pengembangan soft skill dalam ruang digital.
  5. Menghadiri formasi yang bermakna, satu persatu dengan peserta didik yang terisolasi karena pandemi
  6. Menciptakan kesadaran secara kelembagaan untuk mempelajari dunia sekitar kita tentang perubahan-perubahan yang terjadi selama covid 19
  7. Mengahdiri event –event internasional secara online sambil mencari metode baru untuk mengevaluasi kreativitas dan inovasi pengembangan ilmu pengetahuan pada level individu dan kelembagaan.

Stephen Murgatrotd: Online learning merupakan cara yang  sangat tepat dalam rangka menghadapi pandemi ini.

  1. Perlu kebijakan
  2. Fasilitas  yang memadai
  3. Memperhatikan  Perubahan tingkah laku peserta didik dan pendidik
  4. Mendesai perencanaan  pembelajaran yang  baik

Membuat evaluasi  baik di sekolah maupun secara nasional

Vera Quiroz:

  1. Bimbingan secara individu
  2. Pendampingan kelompok
  3. Tindak lanjut dan umpan balek yang konstan
  4. Memberi dukungan bagi mereka yang tidak dapat berpatisipasi secara online
  5. Mengembangkan kompetensi kerjasama walaupun dalam masa pengurungan
  6. Mengembnagkan sifat-sifat empati dan kolaborasi

Z. Zayapragassarazan:

  1. keterlibatan siswa sangat penting untuk pembelajaran yang dapat diukur dengan menggunakan sejumlah indikator perilaku.
  2. Indikator perilaku untuk online peserta didik dapat dikategorikan sebagai pembelajaran observasional perilaku dan aplikasi perilaku belajar.
  3. Observasional perilaku belajar termasuk membaca email, membaca diskusi posting, melihat video, melihat catatan kuliah, dokumen, kehadiran virtual terus menerus, dll

pembelajaran aplikasi perilaku termasuk memposting ke forum, menulis surat balasan, mengikuti kuis online dan tes lainnya, memposting pertanyaan, mencari umpan balik, beri umpan balik, cari klarifikasi, posting sumber daya yang dibuat sendiri, membuat pembelajaran terlihat, dll.

Narwan Satra Kelana:

  1. Tetapkan manajemen waktu
  2. Persiapkan teknologi yang dibutuhkan
  3. Belajarlah dengan serius
  4. Jaga komunikasi dengan pendidik dan teman sekelas

I Putu Yoga Purandina

  1. Komunikasi yang berkesinambungan antara pendidik dan peserta didik
  2. Ketepatan informasi
  3. Informasi dan pesan yang disampaikan dapat disetujui oleh peserta didik

Selain itu, pendidik harus melakukan:

  1. Membuat aturan kelas daring
  2. Membangun suasana yang baik dalam diskusi daring
  3. Pendidik tetap menggunakan ekpresi-ekspre verbal maupun non verbal dalam memberikan feedback, reward dan punishment.
  4. Pendidik harus mampu mengaitkan materi dengan situasi kekinian dan terkini.
  5. Menggunakan vido atau animasi yang tidak membosankan
  6. Menggubakan bahasa yang simpel
  7. Memahami kondisi atau keadaan peserta didikinformasi yang diberikan harus jelas.
  8. Pendidik harus menanamkan sikap respek pada peserta didik yang mengalami kesulitan

Peserta didik harus menanamkan jiwa demokratis kepada peserta didiknya.

7 Tips mengajar dari Kemendikbud pada masa Pandemi Covid-19:

  1. Jangan stress
  2. Mencoba untuk membagi kelompok belajar menjadi kelompok kecil-kecil
  3. Mencoba untuk project based learning
  4. Alokasikan waktu yang lebih banyak bagi yang  tertinggal
  5. Fokus terhadap waktu yang paling penting
  6. Saling interaksi dengan sesama pendidik
  7. Have fun

Cara pandang terhadap covid-19

  1. Reflective thinking, revolves around the thinking about a certain subject, content, or problem where a thinker analyzes, estimates, and reconstructs such a thought in the best way possible.
    Berpikir reflektif berkisar tentang pemikiran mengenai subjek tertentu, konten, atau masalah di mana para pakar menganalisis, memperkirakan, dan merekonstruksi sebuah pemikiran dengan cara yang terbaik.
  2. Reflective attitudes tends to lead more to affective aspects. In other words, reflective attitudes prioritize internal aspects such as attitudes that can affect learning and learners internally. However, reflective attitudes, which are the focus of this paper, tend to lead more to affective aspects. bersikap reflektif cenderung lebih mengarah kepada aspek afektif. yaitu sikap reflektif memprioritaskan aspek internal seperti sikap-sikap yang dapat mempengaruhi pembelajaran dan peserta didik secara internal. Namun, sikap reflektif, yang menjadi fokus tulisan disini adalah cenderung mengarah pada aspek-aspek afektif.

Reflective Thinking Vs Reflective Attitudes

Reflective Thinking:

  1. Identifying and finding problem: mengidentifikasi dan menemukan masalah.
  2. Collecting information: mengumpulkan informasi.
  3. Formulating hypothesis: membuat kesimpulan sementara.
  4. Testing the hypothesis: menguji hipotesis.
  5. Evaluating and constructing policy: melakukan evaluasi dan membuat kebijakan

REFLECTIVE ATTITUDES

  1. Open-mindedness: bersikap terbuka, aktif mendengarkan perspektif-perspektif orang lain, mempertimbangkan alternatif-alternatif yang telah diputuskan sebelumnya.
  2. Whole-heartedness: persoalan yang ditemukan akan diselesaikan dengan lebih efektif dan menjadikan sesuatu itu akan lebih mudah.
  3. Responsibility: sifat moral, sikap moral dalam menyerap materi dan menjangkau kemampuan seseorang, memiliki rasa tanggung jawab moral, sikap dan intelektual dalam melakukan berbagai aktivitas.

1.     Open-mindedness (Keterbukaan/pikiran)

a.      A free choice for learners to do unbiased things, bias nature, and away from thoughts that are closed-minded and rigid; (Peserta didik bebas memilih untuk melakukan untuk melakukan hal-hal yang tidak bias, bias secara alami, dan jauh dari pemikiran-pemikiran tertutup dan kaku)

b.     A desire on the part of learners to explore the perspectives or opinions that are different from their own; (sebuah hasrat/keinginan dimana peserta didik dapat mengemukakan perspektif-perspektifnya secara berbeda sesama mereka)

c.      Open to other alternatives, which means that a learner does not perceive that he or she is the most correct one, more than his or her other colleagues. (memiliki alternatif-alternatif, yaitu peserta didik tidak menganggap dirinya yang paling benar dari pada teman-temannya yang lain)

2.     Whole-heartedness (Sepenuh hati)

a.      In resolving issues or problems faced by learners, these issues or problems should be solved effectively; (peserta didik dalam menyelesaikan berbagai isu/masalah yang dihadapinya adalah diselesaikanya secara efektif)

b.     Learners must strive to turn difficult problems into easier problems so that learning does not become intimidating to them (Peserta didik berusaha mengubah isu/masalah yang sulit dalam pembelajaran menjadi lebih mudah sehingga tidak menjadi intimidasi bagi mereka sendiri)

3.     Responsibility (bertangung jawab)

a.      Full support to the desires or interests that appear in learners; (Perlu dukungan penuh terhadap hasrat/keinginan/minat yang muncul pada peserta didik)

b.     Possessing a sense of responsibility in their attitude towards what has been done; (memberikan rasa bertanggung jawab sepenuhnya terhadap sikap yang telah mereka lakukan)

c.      Learners must have personal integrity as a sense of responsibility for what they have been owned by internalization. (Peserta didik harus memiliki integritas secara personal sebagai rasa bertanggung jawab mereka terhadap apa yang telah mereka miliki melalui internalisasi)

PENDEKATAN: Internalisasi

Internalisasi adalah suatu model pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan. Atau sebuah ide yang mempertahankan individu secara alami untuk menjadikan seseorang yang potensial dalam mencari cara untuk merealisasikan sifatnya secara esensial sebagai makhluk hidup yang istimewa.

Implikasinya

  1. Melahirkan konsep-konsep yang inovatif dan kreatif melalui Open-mindedness
  2. Melahirkan berbagai pendekatan dan metodol0gi yang relevan melalui Whole-heartedness
  3. Menghasilkan teknologi yang inovasi dan kreatif melalui Responsibility
Pembelajaran yang efektif sebagai way of life dalam dunia pendidikan, walaupun dihantui dan diserang oleh Covid-19. ini ditempuh melalui pendekatan Internalisasi.