Paradigma Pendidikan Kritis Dalam Perspektif Pendidikan Islam

By: Saifullah Idris

Artikel ini merupakan pengkajian terhadap konsep pendidikan kritis yang diulas dalam bingkai paradigmatik dan melihatnya dalam perspektif pendidikan Islam. Permasalahan mendasar dari tulisan ini mencakup tentang relevansi, elaborasi, dan penerapannya dalam pendidikan Islam. Secara metodologis, tulisan ini merupakan kajian analisis kualitatif (kepustakaan) dengan memaksimalkan pendekatan filosofis, normatif, pedagogis dan interdisipliner untuk dikembangkan dalam melihat bagaimana konsep pendidikan kritis dan aktualisasinya dalam pendidikan Islam. Pendidikan bertujuan menggarap realitas manusia yang memiliki kesadaran, kehendak bebas, nalar kritis, dan kreativitas. Oleh karena itu, secara metodologis pendidikan kritis harus bertumpu di atas prinsip-prinsip aksi dan refleksi total. Yakni prinsip bertindak untuk mengubah kenyataan yang statis menuju keadaan yang dinamis baik bagi individu pelaku pendidikan (pendidik dan peserta didik) maupun masyarakat secara keseluruhan. Mengacu pada konsep pendidikan Islam, pada dasarnya pendidikan Islam sangat menekankan humanisasi dan pembebasan sebagai orientasi pendidikan, serta menempatkan peserta didik dan pendidik sama-sama sebagai subjek dalam proses belajar mengajar. Pendidikan Islam memadukan aspek vertikal (spiritualitas) dan horizontal (sosial) sebagai orientasi pendidikan. Hal ini berbeda dengan paradigma pendidikan kritis yang hanya menekankan orientasi pendidikannya pada hal-hal yang bersifat material, serta tidak terlalu mengindahkan aspek spiritualitas yang merupakan sisi yang paling sublime dalam diri manusia.

Disarikan dari Artikel Jurnal Paradigma Pendidikan Kritis  Dalam Perspektif Pendidikan Islam Karya Saifullah Idris.

Sekilas Pandang Tentang Filsafat Pendidikan


By. Saifullah Idris

Filsafat telah ada sejak manusia itu ada (Pidarta, 2001). Filsafat berasal dari bahasa Yunani, taitu philos yang artinya cinta dan Sophia yang artinya kebijaksanaan atau kebenaran. Jadi, filsafat artinya cinta akan kebijaksanaan atau kebenaran. Secara ilmiah definisi filsafat yaitu usaha berpikir radikal dan hasil yang diperoleh dari menggambarkan dan menyatakan suatu pandangan yang menyeluruh secara sistematis tentang alam semesta serta tempat dilahirkannya manusia.
Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai akar-akarnya mengenai pendidikan (Pidarta, 2001). Landasan filosofi pendidikan adalah seperangkat filosofi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Landasan filosofis pendidikan sesungguhnya merupakan suatu sistem gagasan tentang pendidikan dan dedukasi atau dijabarkan dari suatu sistem gagasan filsafat umum yang diajurkan oleh suatu aliran filsafat tertentu. Terdapat hubungan implikasi antara gagasan-gagasan dalam cabang-cabang filsafat umum terhadap gagasan-gagasan pendidikan. Landasan filosofis pendidikan tidak berisi konsep-konsep tentang pendidikan apa adanya, melainkan berisi tentang konsep-konsep pendidikan yang seharusnya atau yang dicita-citakan.
Dalam landasan filosofis pendidikan juga terdapat berbagai aliran pemikiran. Hal ini muncul sebagai implikasi dari aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat. Sehingga dalam landasan filosofi pendidikan pun dikenal adanya landasan filosofis pendidikan Idealisme, Realisme, dan Pragmatisme.
Tujuan pendidikan beberapa aliran filsafat bisa membentuk karakter manusia. Aliran realisme berpandangan bahwa hakikat realitas adalah fisik dan ruh, bersifat dualistis. Tujuan pendidikannya membentuk individu yang mampu menyesuaikan diri dalam masyarakat dan memiliki rasa tanggung jawab kepada masyarakat. Pragmatisme merupakan kreasi filsafat dari Amerika, dipengaruhi oleh empirisme, utilitarianisme, dan positivisme. Esensi ajarannya, hidup bukan untuk mencari kebenaran melainkan untuk menemukan arti atau kegunaan. Tujuan pendidikannya menggunakan pengalaman sebagai alat untuk menyelesaikan hal-hal baru dalam kehidupan priabdi dan masyarakat.
Humanisme berpandangan bahwa pendidikan harus ditekankan pada kebutuhan anak (child centered). Tujuannya untuk aktualisasi diri, perkembangan efektif, dan pembentukan moral. Paham behaviorisme memandang perubahan perilaku setelah seseorang memperoleh stimulus dari luar merupakan hal yang sangat penting. Oleh sebab itu, pendidikan behaviorisme menekankan pada proses mengubah atau memodifikasi perilaku. Tujuannya untuk menyiapkan pribadi-pribadi yang sesuai dengan kemampuannya, mempunyai rasa tanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan masyarakat.
Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan diperoleh melalui proses aktif individu mengkonstruksi arti dari suatu teks, pengalaman fisik, dialog, dan lain-lain melalui asimilasi pengalaman baru dengan pengertian yang telah dimiliki seseorang. Tujuan pendidikannya menghasilkan individu yang memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan persoalan hidupnya. Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-prinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan.
Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik.

The Internalization of Democratic Values into Education and Their Relevance to Islamic Education Development




The Internalization of Democratic Values into Education and Their Relevance to Islamic Education Development
(Synthetic, Analytic, and Eclectic Implementation of John Dewey’s Thoughts)

UIN Ar Raniry, Banda Aceh, Indonesia
Telah terpublish pada 2301
Copyright © 2015 American Scientific Publishers Advanced Science Letters
All rights reserved Vol. 21, Number 7 July, 2015
Printed in the United States of America
Author ID: 56958212300

Abstract
Democracy is not only used as a political tool or instrument, but it can also be used in a broader context: as a concept which projects ideal fundamental values and ways of life that have historical significance, which need to be inherited into education. Islamic education, so far, has paid attention only to the normative-theological territory alone, and ignored the socio-historical dimension. Thus, there is a need for a richer and more critical view on the issue. This study aimed to shed light on the viability of the concept of the internalization of John Dewey’s democratic values and to examine the relevance of his thought. This study used the text interpretation or hermeneutics approach employing descriptive, synthesis-analysis, and eclectic methods. The findings show that the internalization could be done through impulse, experience, communication and action. The findings also show that the relevance of John Dewey’s thoughts to the development of Islamic education could be established in the following aspects: the development of the basic philosophy of Islamic education, the development of the role of human in Islamic education, and the development of an Islamic education-based curriculum.

Keywords: Democracy, Islamic education, internalization, relevance, John Dewey.


INTRODUCTION

The idea and meaning of democracy is broader and more complete than the one that has been simply interpreted as political ideas associated with a particular country. The ideas, meanings, and values contained within the broader meaning of democracy can be realized in all models of human life and associations, such as in family, schools, industry, occupations, and religions (Boydston, (ed.), 1969: 325).
Besides, Dewey (in Gerald L. Gutek, 1988: 85-86) confirms that the role of democracy can be tied to the following two notions: first, as an ideal concept, which requires an educated society to understand the social tasks and the responsibility of political life. Second, morality and values must be applied in their daily personal or individual, political, social, and behavioral educational life.
Democracy as a way of life has values that must be transferred and passed on to the following generations. These values can be used as a guide in our efforts to revise the systems that are deemed incompatible with the dignity of human beings. Such democratic values can only be seen or observed in the arena of our social life. When social inheritance is adequate, human dignity across generations will be preserved. Similarly, the inheritance of democratic values through an applicable and effective corridor becomes necessary. It is in this context that the concept of democratic education is needed. For Dewey, an educational institution is one of the most effective places in which the inheritance of democratic values can be accommodated (Boydston, (ed.), 1969: 99).

AIM AND SCOPE

This study focuses on the process of the internalization of democratic values, which are universal in nature and on ways to look at the nature of this process in detail. In addition, this study also focuses on the relevance of the internalization of the values to the Islamic education development.

METHOD AND APPROACH
This study used the descriptive, synthesis-analysis, eclectic methods of inquiry together with hermeneutic approaches.
The use of descriptive, synthesis-analysis and eclectic methods was intended to see and understand the way of thoughts, concepts or meanings found in John Dewey’s views. The views were analyzed critically for the purpose of locating complementary and coherent concepts, which were actual and relevant to the Islamic education context using inductive thoughts. It was hoped that more complete and more united opinions about the issue could be found.
Finally, using eclectic methods, the writer summarized the ideas or concepts, which were found to be relevant to the purpose of this study, which is to promote the healthy development of Islamic education by integrating relevant democratic values, especially those in line with John Dewey’s line of thoughts.